Mengenal Sekilas Biografi Syekh Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati)
Mengenal Sekilas Biografi Syekh Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati)
Sunan Gunung Jati – Dalam peradaban penyebaran agama islam tanah air, tentu kita tidak asing dengan istilah Wali Songo.
Wali Songo sendiri merupakan kumpulan para tokoh islam yang menyebarkan agama islam dalam wilayah Indonesia. Mengutip dari kitab kanzul’Hum dari ibnu bathutah, yang sekarang tersimpan pada Museum Istana Istanbul Turkey, pembentukan Majelis Dakwah Walisongo sendiri diperkirakan terjadi sekitar tahun 1250-1404.
Berikut ini adalah nama-nama para Wali Songo/Wali Sembilan :
- Sunan Gresik atau Maulana Malik Ibrahim
- Sunan Ampel atau Raden Rahmat
- Sunan Bonang atau Raden Makhdum Ibrahim
- Sunan Drajat atau Raden Qasim Syarifuddin
- Sunan Kudus atau Raden Ja’far Shadiq
- Sunan Giri atau Joko Samudro atau Raden Paku atau Muhammad ‘Ainul Yaqin atau Prabu Satmata
- Sunan Kalijaga atau Raden Syahid
- Sunan Muria atau Raden Umar Said
- Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah
Karena “Penulis” adalah orang cirebon, jadi kali ini akan sedikit berbagi kisah tentang salah satu Wali Songo yaitu adalah Syekh Syarif Hidayatullah.
Sunan Gunung Jati atau Syekh Syarif Hidayatullah adalah putra dari Syarif Abdullah Umdatuddin putra Ali Nurul Alam Syekh Husain Jamaluddin Akbar. Dari pihak ibu, ia masih keturunan keraton Pajajaran melalui Nyai Rara Santang, yaitu anak dari Sri Baduga Maharaja(Prabu Siliwangi) yang masih termasuk keturunan Nabi Muhammad SAW. Sunan Gunung Jati mengembangkan Cirebon sebagai pusat dakwah dan pemerintahannya, yang sesudahnya kemudian menjadi Kesultanan Cirebon. Anaknya yang bernama Sultan Maulana Hasanuddin, juga berhasil mengembangkan kekuasaan dan menyebarkan agama Islam di Banten.
Syekh Syarif Hidayatullah pada Tahun 1526 Masehi mulai menyebarkan Islam sampai Banten dan menjadikannya Daerah Kerajaan Cirebon. Dan pada Tahun 1526 Masehi juga tentara Kerajaan Cirebon dibantu oleh Kerajaan Demak dipimpin oleh Panglima Perang bernama Fatahillah merebut Sunda Kelapa dan Portugis, dan diberi nama baru yaitu Jayakarta.
Pada tahun 1533 Masehi, Banten menjadi Kesultanan Banten dengan Sultannya adalah Putra dari Syekh Syarif Hidayatullah yaitu Sultan Hasanuddin. Syekh Syarif Hidayatullah salah seorang Wali Songo yang mempekenalkan visi baru bagi masyarakat tentang apa arti menjadi Pemimpin, apa makna Masyarakat, apa Tujuan, Masyarakat, bagaimana seharusnya berkiprah di dalam dunia ini lewat Proses Pemberdayaan.
Melakukan tugas dakwah menyebarkan Agama Islam ke berbagai lapisan Masyarakat dengan dukungan personel dan dukungan aspek organisasi kelompok Forum Walisongo, yang mana forum Walisongo secara efektif sebagai organisasi dan alat kepentingan dakwah, merupakan siasat yang tepat untuk mempercepat teresebarnya Agama Islam.
Syekh Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati wafat pada tanggal 26 Rayagung tahun 891 Hijriah atau bertepatan dengan tahun 1568 Masehi. Tanggal Jawanya adalah 11 Krisnapaksa bulan Badramasa tahun 1491 Saka. Meninggal dalam usia 120 tahun.
Putra dan Cucunya tidak sempat memimpin Cirebon karena meninggal terlebih dahulu. Sehingga cicitnya yang memimpin setelah Syekh Syarif Hidayatullah. Syech Syarief Hidayatullah kemudian terkenal dengan Sunan Gunung Jati karena makamnya terletak pada Bukit Gunung Jati. Makam Sunan Gunung Jati berada di kompleks makam Astana Gunung Jati yang terletak di Desa Astana, Kecamatan Cirebon Utara, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat.
Makam Sunan Gunung Jati yang terletak pada bukit Gunung Sembung dan yang memasukinya hanya boleh oleh keluarga keraton sebagai keturunannya selain petugas harian yang merawat sebagai Juru Kunci-nya. Selain dari orang-orang itu tidak ada yang boleh untuk memasuki makam Sunan Gunung Jati.
Alasannya karena banyak benda berharga seperti keramik dan porselen yang terpajang di sepanjang jalan makam. Keramik pada tembok makam diduga bawaan istri Sunan Gunung Djati, Putri Ong Tien, dari Cina. Dalam perkembangannya Gunung Sembung juga menjadi komplek pemakaman keluarga Keraton Cirebon yang merupakan keturunannya.
Ada 9 pintu yang terdapat dalam Makam Sunan Gunung Jati, yaitu:
- Pintu Gapura
- Pintu Krapyak
- Pintu Pasujudan
- Pintu Ratnakomala
- Pintu Jinem
- Pintu Rararoga
- Pintu Kaca
- Pintu Bacem
- Pintu Teratai
Para peziarah di Makam Sunan Gunung Jati hanya diperkenankan sampai dibatas pintu serambi muka yang pada waktu-waktu tertentu dibuka dan dijaga selama beberapa menit kalau-kalau ada yang ingin menerobos masuk. Dari pintu yang diberi nama Selamat Tangkep itu terlihat puluhan anak tangga menuju Makam Sunan Gunung Jati. Untuk para pengunjung dan peziarah hanya diperbolehkan sampai pada pintu kelima, karena setelah pintu kelima itu hanya diperbolehkan untuk kalangan keturunan Sunan Gunung Jati. Bagi anda yang ingin berziarah kesini, Jangan lupa ya dengan peraturan ini!